Rabu, 13 Februari 2013

Artikel Islam

Selamat Datang di Blog Bisnis Online

 

Waktu sholat untuk Jalan Banda Aceh - Medan, Jeunib, Indonesia. Widget Jadwal Sholat oleh Alhabib.

 Artikel Bisnis Usaha

Peluang Bisnis 2013



Hukum Banyak Bersumpah, Benar Ataupun Dusta


HUKUM BANYAK BERSUMPAH, BENAR ATAUPUN DUSTA
 
Oleh : Iskandar Ahmad
Dari Sumber : Syaikh Abdul Azi bin Baz


Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Saya memiliki kerabat yang banyak sekali bersumpah atas nama Allah, baik dia ucapkan secara benar ataupun dusta ; apa hukumnya ?

Jawaban.
Dia harus dinasehati dan dikatakan kepadanya, “Seharusnya kamu tidak memperbanyak bersumpah sekalipun kamu benar” dan hal ini berdasarkan firmanNya.

“Artianya : Dan jagalah sumpah-sumpah kamu”

Juga berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Tiga orang yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak Dia sucikan mereka bahkan mereka mendapatkan adzab yang pedih (yaitu) : seorang yang sudah bercampur rambut hitam dan putihnya (orang yang sudah tua) lagi pezina, seorang fakir lagi sombong dan seorang laki-laki yan Allah jadikan dia tidak membeli barangnya kecuali dengan bersumpah atas namaNya dan tidak menjual kecuali dengan bersumpah dengan bersumpah atas namaNya” [1]

Orang-orang Arab selalu memuji orang yang tidak banyak bersumpah sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang penyair.

Sedikir bersumpah, selalu menjaga sumpahnya.

Bila sudah bersumpah, dia segera menepatinya.

Seorang Mukmin disyari’atkan agar tidak banyak bersumpah sekalipun dia benar karena memperbanyaknya terkadang bisa menjerumuskan ke dalam kedustaan

Sebagaimana dimaklumi bahwa dusta haram hukumnya dan bila ia disertai dengan sumpah, maka tentu sangat diharamkan lagi akan tetapi bila dipaksa oleh kondisi atau suatu kemaslahatan yang lebih dominan sehingga harus bersumpah secara dusta, maka hal itu tidak apa-apa. Hal ini berdasarkan hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersumber dari hadits Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Mu’ith Radhiyallahu anha bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Bukanlah termasuk pendusta orang yang mendamaikan antara sesama manusia, lalu dia berkata baik atau menanamkan kebaikan”

Di (Ummu Kultsum) berkata, “Belum pernah aku mendengar beliau memberikan dispensasi (rukhshah) terhadap sesuatu yang dikatakan orang sebagai suatu kedustaan kecuali dalam tiga hal : Perang, Mendamaikan antara sesama manusia dan percakapan seorang suami kepada istrinya dan percakapan istri kedapa suaminya” [2]

Bila ketika seseorang mendamaikan antara sesama manusia, dia berkata, “Demi Allah, sesungguhnya teman-teman kamu itu mencintai perdamaian dan persatuan. Mereka ingin begini dan begitu ..” lalu dia mendatangi pihak yang lain dengan mengatakan hal yang sama dan tujuannya hanyalah untuk berbuat baik dan mendamaikan, maka hal itu tidak apa-apa berdasarkan hadit di atas.

Demikian juga bila seseorang melihat ada orang yang ingin membunuh seseorang secara zhalim atau menzhalimi dirinya dalam suatu hal, lalu dia berkata, “Demi Allah, orang itu adalah saudaraku” agar dia dapat menyelamatkannya dari tindakan orang yang zhalim tersebut karena ingin membunuhnya tanpa haq atau memukulnya tanpa haq sementara dia tahu bahwa dia bila dia mengatakan “Saudaraku” tadi, orang itu akan membiarkannya karena menghormatinya ; maka melakukan hal seperti itu menjadi wajib baginya demi tujuan menyelamatkan saudaranya dari perbuatan zhalim.

Yang dimaksudkan di sini bahwa hukum asal sumpah-sumpah dusta itu adalah dilarang dan diharamkan kecuali bila berimplikasi suatu kemaslahatan besar yang lebih besar daripada implikasi dusta tersebut, sebagaimana dalam tiga hal yang disebutkan dalam hadits di atas.


[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, hal 114 -116 Darul Haq]

By : Iskandar Ahmad



Penanya : Ibnu Yunus
Dijawab oleh : Ust. Abu Ukasyah Aris Munandar
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,
Segala puji bagi Alloh Rabb semesta alam. Tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali hanya Alloh subhanahuwata’ala. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada nabi Muhammad salallohu’alaihiwasallam, juga kepada seluruh keluarga, sahabat beliau dan kaum Muslimin yang mengikuti beliau dengan benar hingga hari kiamat tiba.

Dalam kesempatan ini ana ingin bertanya mengenai Hukum Uang Pensiun.
Menurut pendapat antum bagaimana, tolong dalilnya.

Berdasarkan hasil penelitian ana menunjukkan bahwa Uang Pensiunan itu adalah RIBA. Jadi dengan adanya potongan gaji setiap bulan untuk pensiunan itu adalah ikut serta dalam mendukung RIBA dong.
Mungkin penjelasannya tidak ana sampaikan disini, khawatir kepanjangan.
Perlu ditekankan disini, pertanyaan ini sangat penting, karena mengingat banyaknya setiap ikhwan salafy yang masih kuliah menjadikan posisi PNS sebagai patokan ter “AMAN”.


Jawaban Ustadz :
Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam kondisi mengetahui bahwa uang tersebut adalah uang riba, dosanya lebih besar daripada berzina 36 kali (HR. Ahmad dari Abdullah bin Hanzalah, Shahih, -Lihat Al-wajiz hal. 341)

Jika memang kenyataannya sebagaimana yang antum sampaikan, maka berarti uang tersebut merupakan uang riba.
Kaidah fiqh menyatakan “Alhukmu ‘ala syai’ fardhun min tasawwurihi” “Menilai sesuatu merupakan hasil dari persepsi seseorang tentang sesuatu hal tersebut”.

By : Iskandar Ahmad




 

Apakah Manusia Bisa Melihat Jin?

Di Pos Oleh : Iskandar Ahmad


Pak Ustadz yang dirahmati Allah. Apakah memang ada manusia yang bisa melihat jin atau makhluk gaib lainnya ? apakah hal itu sesuai dengan fitrah manusia ?

Terima kasih.

Henry
Surabaya
2004-03-16 07:46:52


Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Jin adalah makhluq ghaib dan sesuai namanya, jin itu tidak bisa dilihat dengan mata manusia. Kecuali bila jin itu melakukan perubahan jasad dari ghaib kepada nyata. Dan untuk itu, Allah SWT telah memberikannya kemampuan.

Penjelamaan ini tentunya ataz izin Allah SWT juga dan bukan semata-mata jin punya kemampuan untuk berubah wujud. Yaitu Allah SWT telah mengizinkan bila mereka mengucapkan lafaz tertentu akan terjadi penjelmaan itu. Selain itu penjelmaan mereka sangat tidak sempurna sehingga tidak pernah bisa utuh dan baik. Sehingga sering kita mendengar ada 'roh gentayangan' tanpa kepala atau gosong sebelah. Sebenarnya itu adalah jin yang sedang menakuti manusia dan dia tidak mampu menjelma dengan meniru secara benar dan sempurna. Jin itu umumnya menjadi makhluq aneh, jadi-jadian, gosong separo, bolong di dadanya, atau menjadi hewan seperti ular, anjing hitam dan lainnya. Termasuk menjadi makhluq siluman yang sering menjadi legenda di tengah masyarakat.

Keadaannya itu berlawanan dengan kemampuan para malaikat yang suci, dimana ketika mereka menjelma atau mewujudkan diri menjadi bentuk lain, hasil sangat sempurna. Misalnya ketika menjadi seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW dan para shahabat dalam menerangkan rukun iman, rukun Islam dan ihsan serta hari qiyamat. Digambarkan bahwa malaikat itu berbaju sangat putih, berambut sangat hitam dan tidak ada tanda-tanda habis melakukan perjalanan jauh.

Begitu juga malaikat yang menjelma di hadapan Maryam dan meniupkan ruh ke dalam rahimnya sehingga menjadi bayi nabi Isa.


maka ia mengadakan tabir dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya sebagai manusia yang sempurna.(QS.Maryam : 17)

Atau ingatlah ketika para para wanita pembesar negeri Mesir memotong tangan mereka lantaran takjub melihat kerupawanan nabi Yusuf. Saat itu komentar yang terlontar dari mulut mereka adalah bahwa dia bukan manusia tapi malaikat. Artinya, mereka punya pemahaman bahwa yang namanya malaikat itu kalau mewujudkan diri dalam bentuk manusia pastilah sangat sempurna.


Maka tatkala wanita itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau , kemudian dia berkata : "Keluarlah kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada nya, dan mereka melukai tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."(QS.Yusuf : 31)
Sebaliknya, jin tidak mampu melakukannya sehingga kalaupun dipaksakan, maka hasilnya tidak sempurna.

Namun ada sebagian orang yang dirasuki jin dan dibuat matanya mampu melihat jin yang lain. Ini bukan kelebihan atau keutamaan, tetapi umumnya justru merupakan siksaan dan bentuk intimidasi dari jin sendiri untuk mengganggu dan merusak akidah manusia. Dan cara yang mereka lakukan bisa macam-macam.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.


By  : Iskandar Ahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar